Saturday, December 20, 2014

Pria Metroseksual Vs Pria Uberseksual

Jalan Cinta Para Pejuang (Salim A. Fillah)
Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang pria uberseksual dan metroseksual. Saya mendapat informasi ini ketika saya membaca buku karangan Salim A. Fillah yang berjudul “Jalan Cinta Para Pejuang”. Pada tulisan ini saya akan mengambil tulisan dari beliau dan membuatnya dengan versi saya sendiri tanpa mengurangi maksud dan makna dari tulisan beliau.

Sebelum saya membahas lebih jauh tentang pria metroseksual dan uberseksual. Saya tertarik ketika penulis menjelaskan tentang sejarah di dekade 90-an yang mengatakan dalam buku The Metrosexual  Guide to Style oleh penulis Michael Flocker bahwa istilah untuk pria metroseksual merupakan sebuah pria yang revolusioner. Hal ini dikarenakan dimasa itu pria revolusioner identik dengan perawakan kulit, kuku, rambut dan ketertarikan secara berlebihan terhadap mode fashion sehingga hal yang melekat dalam diri seorang laki-laki ialah seorang homoseksualitas.

Namun demi mengubah persepsi buruk yang melekat pada pria metroseksual yang identik dengan gay, para pemilik modal usaha mulai melakukan revolusioner. Salah satu contoh yang diangkat oleh penulis ialah ketika penulis membeberkan sebuah peristiwa yang terjadi ditahun 2003 di  Tokyo Beauty Center ketika salah seorang pria duduk bersama istrinya dihadapan sorotan kamera. Mereka berdua sedang menjajakan sebuah produk perawatan wajah. Namun dalam wawancara kedua orang tersebut, yang menjadi sorotan publik ialah seorang pria tersebut dan dia adalah David Bechkam.  Ya, David Beckham merupakan salah satu tren mode untuk pria metroseksual. Penampilannya dari ujung rambut sampai ujung kaki bahkan kendaraanya pun dijadikan sebagai mode. Dia tidak hanya sebagai pemain bola dengan talenta yang luar biasa ketika menendang dan menggiring si kulit bundar namun dia juga sebagai ikon dari pria metroseksual. Hal inilah mendasari berubahnya paradigma yang berkembang ditahun 90-an bahwa pria metroseksual identik dengan gay. David Bechkam jauh dari kata pria pedandan bahkan homo, dia memiliki seorang istri dan sangat bertanggung jawab terhadap keluarganya bahkan dia juga seorang pemain sepakbola profesional yang identik dengan permainan laki-laki.

Berdasarkan perubahan paradigma, semakin banyaknya perilaku pria yang mengutamakan penampilan mereka.  Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan  oleh hasil riset Euro RSCG tahun 2004 yang mengatakan bahwa 89 persen pria di Amerika dan Inggris mengutamakan penampilan. Dan ketika ditanya lebih jauh alasannya ialah agar mereka bisa tampil seimbang dengan wanita yang mulai memasuki dunia kerja dengan penampilan yang terkesan menawan dari segi penampilan .

Penulis mengatakan bahwa tren pria metroseksual insya allah bakalan ditinggalkan apalagi salah satu motif tertentu yang cepat terkuak ialah ketika pria ini mencoba mendekati seorang wanita.  Sebuah penelitian yang dikaji oleh penulis dalam buku yang berjudul “The Future of Men” yang ditulis oleh Ira Matathia dan Ann O’Relly mengatakan bahwa pria masa depan ialah pria uberseksual. Pria uberseksual  menekankan pada keunggulan secara kualitatif  dimana menurut Salzman memiliki aspek maskulinitas seperti kepercayaan diri , kepemimpinan dan kepedulian terhadap sesama.  Pria uberseksual sangat peduli dengan nilai dan prinsip hidup dimana pria ini lebih memilih untuk memperkaya ilmu dan wawasannya disela-sela waktu kosong yang ia miliki.

Salah satu contoh yang diangkat penulis sosok pria uberseksual ialah Sir Paul Hewson  alias Bono, vokalis band  U2. Bono menghabiskan waktunya untuk memerangi kemiskinan dan kelaparan di Afrika walaupun dia memiliki kesibukan yang padat yang mengharuskannya konser dari panggung ke panggung. Bahkan ia tidak lupa memkampanyekan perdamaian dunia. Namun terlepas dari niatan Bono melakukkanya ataupun semua pria uberseksual lainnya . Dunia membutuhkan pria uberseksual , pria  yang menghabiskan banyak  waktunya mencermati perkembangan mutakhir, mengikuti berbagai pelatihan, menganalisis berbagai  peristiwa dan membaca buku bahkan dunia sangat berharap pada pria masa depan yang memiliki perhatian  besar terhadap lingkungannya dan kemajuan umat daripada pria yang banyak menghabiskan waktu untuk melakukan perawatan  terhadap dirinya sendiri mulai dari segi pakaian hingga ke perawatan dirinya ke salon untuk memperoleh sebuah ketampanan yang dapat menjual walaupun menghabiskan banyak modal untuk itu semua.

Penulis dalam buku ini mengatakan bahwa pria uberseksual  memiliki catatan walaupun tidak menarik secara penampilan namun mereka tetap menarik secara alami sehingga tampil dengan pakaian apapun tetap pantas dan tampak elegan untuk dipandang. Ketika dia berbicara semua orang mendengarkan, dan ketika dia diam semua orang menunggu apa yang ingin dikatakannya. Penulis mengatakan bahwa kemungkinan besar tentang pengaruh pria uberseksual pada masa depan ialah karena pria metroseksual meletakkan harga dirinya bukan pada penampilan dirinya tetapi kepada otak yang cerdas, ide-ide yang cemerlang, antusialisme dan kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Secara psikologis, pria metroseksual adalah gelas kosong yang dipoles sedangankan pria uberseksual  ialah gelas yang penuh minuman manis. Sehingga menurut penulis akan nampak gejala kecil diantara keduanya bahwa pria metroseksual akan selalu mencoba menarik perhatian para wanita sedangkan pria uberseksual  sangat menghormati wanita , tapi hebatnya mereka lebih memilih pria sebagai sahabat-sahabatnya. Intinya bahwa pria metroseksual setia pada dirinya sedangkan pria uberseksual setia pada prinsipnya. 

No comments:

Post a Comment