Alkisah,
seorang raja, memilih 3 orang di negerinya, dan dipanggilnya untuk menghadap. 3
orang ini menghadap raja. Dan raja, memberinya 3 karung, kepada masing-masing
orang, 1 karung.
“Kalian
isi 3 karung ini dengan buah-buahan. Penuhilah, dan bawalah kemari. Jangan
pulang sebelum kalian memenuhi setiap karung yang aku berikan kepada kalian,”
begitu titah raja.
Mereka
semua diberi waktu, lalu berlalulah mereka dari hadapan raja.
Orang
pertama, segera mencari buah-buahan terbaik. “Untuk raja,” pikirnya. “Harus
yang terbaik.”
Orang
pertama ini dengan segera memenuhi karungnya dengan buah-buahan terbaik. Yang
manis-manis, yang masak-masak.
Orang
kedua, sembarang mengisi karungnya. “Raja ga mungkin meriksa semua,” begitu
pikirnya. Sebagian berisi buah-buahan bagus, sebagian berisi buah-buahan jelek,
busuk, bahkan dari jenis-jenis yang pahit. Campur-campur.
Orang
ketiga, lebih parah. Dia berpikir bahwa Rajanya kaya. Ga butuh buah-buahan
darinya. Ngapain juga Raja menyuruhnya mencari buah-buahan dan memenuhi karung
ini? Demikian pikir orang ketiga ini. Akhirnya, ia mengisi dengan lebih
sembarangan lagi. ia isi pasir, batu kerikil, kayu-kayu kering, dan macem-macem
sampah. Sehingga dari kejauhan tetap karung ini penuh, padahal isinya ga
keruan.
***
Tibalah
waktu yang ditentukan.
Mereka
kemudian menghadap kembali raja. Orang pertama tersenyum, sebab ia tahu bahwa
dirinya siap dan sudah melaksanakan tugas. Orang kedua, deg-degan, takut diperiksa.
Orang ketiga, lebih deg-degan lagi. Demikianlah, sebab dua dari tiga orang ini,
punya salah kepada Raja.
“Kalian
telah mengisi karung yang aku berikan?” tanya Raja.
Mereka
mengangguk.
Di
luar dugaan, Raja ga meriksa karung tersebut, bahkan tidak membuka ikatannya
dan tidak melihat dalamnya. Tidak yang pertama, tidak yang kedua, dan tidak
dari orang yang ketiga. Melainkan Raja berkata kepada pengawal-pengawalnya...
“Masukkan 3 orang ini ke penjara. Dan suruh masing-masing membawa karungnya
masing-masing yang telah diisinya dengan isi masing-masing pula. Aku tidak akan
memberi makan, dan kalian pun tidak diperkenankan membawa makanan. Tidak boleh
juga ada di antara orang-orangnya kalian dan orang-orangnya aku yang memberi
kalian makan. Untuk makan kalian selama di penjara, adalah apa yang kalian bawa
di dalam karung kalian. Maka masuklah kalian, dan nikmatilah apa yang kalian
siapkan untuk diri kalian sendiri.”
Orang
pertama masuk penjara, dan memakan bekalnya. Buah-buahan terbaik yang ia petik.
Orang kedua, harus memilih lagi yang mana bekal yang bisa dimakannya, dan yang
mana bekal yang tidak bisa dimakannya. Bekalnya jelas lebih sedikit dibanding dengan
bekal orang yang pertama.
Dan
adapun orang yang ketiga, dia tidak menduga bahwa apa yang ia cari dan ia isi
untuk karung yang dibawanya, adalah untuk kepentingan dirinya. Dikiranya untuk
kepentingan Raja. Ia menyesali sejadi-jadinya. Tapi ia terlambat. Titah Raja
jelas, ia juga dimasukkan ke penjara, dan hanya membawa bekal dengan apa yang
dicari dan diisinya.
Bagaimana
kisah diatas tadi? Kisah diatas tadi merupakan kisah yang saya peroleh ketike
mengikuti kajian online dari ustad Yusuf Mansur di www.kuliah-online.com. Salah satu tugas
yang diberikan dari kisah diatas adalah
memberikan hikmah yang saya peroleh. Berikut ini kutipan hikmah yang saya coba tangkap dan sekiranya
teman-teman semua bisa menambahkan hikmah agar kita bisa sama-sama belajar
dalam mengungkap makna tersirat atau hikmah yang terkandung didalamnya.
Kematian Sesuatu Yang Pasti |
Hikmah
yang saya peroleh dari kisah tadi bahwa seperti itulah kehidupanku didunia. Sebaiknya
saya bersikap seperti orang yang pertama yang menggunakan kesempatan yang
diberikan oleh sang raja untuk mengumpulkan buah-buah karena masalah umur tak
ada yang tahu sampai kapan kita berada diduniaNYA dan tak ada yang bakalan tahu
bakalan kapan menghadapNYA. Oleh karena
itu, sebagai manusia saya sebaiknya menyiapkan semuanya. Buah-buah tadi ibarat
amal saleh yang saya kumpulkan selama di dunia. Apabila saya senantiasa
mengumpulkan amal saleh yang baik. Insya allah akan menjadi bekalku ketika
kematian menjemput. Tak ada penyesalan, melainkan kesiapan mental seperti orang
yang pertama yang begitu siap memasuki penjara tanpa harus khawatir dengan isi
bekal nya yang berisi buah-buahan segar. Didalam penjara dirinya diliputi
kebahagiaan karena ia mendapatkan apa yang telah dipersiapkan sehingga tak ada
ketakutan yang dipikirkannya. Apabila saya kaitkan dengan kehidupan ketika saya
senantiasa mengumpulkan amal saleh. Amal saleh itu bakalan menjadi teman yang
senantiasa menemaniku ketika kematian menjemput dan tak hanya sebagai bekal
diakhirat akan tetapisaya bisa mengambil manfaat dari amal saleh yang ditanam
mulai dari kematian menyapa, tempat persinggahan (alam kubur) sampai hari akhir
itu tiba yang berisi balasan apa yang telah saya persiapkan. Sejatinya amal
saleh yang dikumpul setiap hari sebenarnya ada untuk diri pribadi sendiri akan
tetap saya terkadang jarang menyadarinya. Sehingga ketika kematian menyapa yang
ada hanya penyesalan dan balasan dari sang maha kuasa ALLAH SWT.
Orang
kedua dalam kisah tersebut merupakan orang yang tidak terlalu mempersiapkan
dirinya dengan baik terhadap amal salehnya. Seperti dikisahkan bahwa dia hanya
menyiapkan buah-buahan yang sebagiannya segar dan sebagiannya lagi dalam
keadaan busuk. Ketika di penjara maka dia mesti memilah-milah yang mana bisa
untuk dimakannya selama dipenjara. Kehidupan pun sperti itu, ketika saya tidak
mempersiapkan amal saleh dengan baik maka kita akan seperti orang kedua, yang
dimana setelah kematian menyapanya, yang ada dalam dirinya penyesalan karena
kenapa dia ga membawa amal saleh semuanya untuk bekalnya . kenapa ada amal bruk
yang menemaninya di alam barzah dan di akhirat. Dirinya diliputi ketakutan,
bagaimana seandainya jika bekal yang dibawanya untuk menghadap sang khalik ga
bakalan cukup untuk membawanya ke surga. Padahal sejatinya apa yang dibawa ke akhirat sebenarnya merupakan bekal diri
sendiri.
Orang
ketiga merupakan orang yang sangat merugi, dan saya berharap dan berdoa agar
ALLAH saya pribadi ga tergolong seperti orang yang ketiga. Orang yang
benar-benar ga mempersiapkan semuanya. Dan menganggap buah-buahan itu ga
bakalan menolongnya sehingga melaksanakan perintah sang raja dengan semrawutan
dan asal-asalan dalam mengisi. Hikmah dari orang ketiga bahwa dalam menjalani
kehidupan jangan lah kita gunakan kehidupan
ini hanya untuk senang-senang tanpa mempersiapkan amal shaleh yang
menjadi bekal.. Agar ketika kematian menjemput, tak ada penyesalan seperti
orang ketiga ini. Didalam penjara dirinya
diliputi kelaparan karena bekal yang seharusnya diisi dengan buah-buahan malah
diisi dengan batu. Begitupun dengan saya, apabila saya ga menyiapkan semuanya. Saya
bakalan kelaparan atau mendapatkan siksaan mulai dari pencabutan nyawa samapi
di alam barzah bahkan sampai di alam
akhirat. Penyesalan tak berujung yang tak akan mengembalikan keadaan ketika
masih hidup karena kematian lebih dulu menjemput sehingga hanya bisa pasrah
menunggu hari akhir yang merupakan hari pembalasan. Padahal sesungguhnya jika
kita mengetahui bahwa bekal yang ALLAH SWT melalui perintah AL Quran dan As Sunah sebenarnya amal shaleh yang merupakan bekal
kita dikehidupan selanjutnya.
No comments:
Post a Comment