Sunday, August 23, 2015

Sudahkah Saya Mempersiapkan Kematianku??

Alkisah, seorang raja, memilih 3 orang di negerinya, dan dipanggilnya untuk menghadap. 3 orang ini menghadap raja. Dan raja, memberinya 3 karung, kepada masing-masing orang, 1 karung.

“Kalian isi 3 karung ini dengan buah-buahan. Penuhilah, dan bawalah kemari. Jangan pulang sebelum kalian memenuhi setiap karung yang aku berikan kepada kalian,” begitu titah raja.
Mereka semua diberi waktu, lalu berlalulah mereka dari hadapan raja.
Orang pertama, segera mencari buah-buahan terbaik. “Untuk raja,” pikirnya. “Harus yang terbaik.”

Orang pertama ini dengan segera memenuhi karungnya dengan buah-buahan terbaik. Yang manis-manis, yang masak-masak.

Orang kedua, sembarang mengisi karungnya. “Raja ga mungkin meriksa semua,” begitu pikirnya. Sebagian berisi buah-buahan bagus, sebagian berisi buah-buahan jelek, busuk, bahkan dari jenis-jenis yang pahit. Campur-campur.

Orang ketiga, lebih parah. Dia berpikir bahwa Rajanya kaya. Ga butuh buah-buahan darinya. Ngapain juga Raja menyuruhnya mencari buah-buahan dan memenuhi karung ini? Demikian pikir orang ketiga ini. Akhirnya, ia mengisi dengan lebih sembarangan lagi. ia isi pasir, batu kerikil, kayu-kayu kering, dan macem-macem sampah. Sehingga dari kejauhan tetap karung ini penuh, padahal isinya ga keruan.

***
Tibalah waktu yang ditentukan.
Mereka kemudian menghadap kembali raja. Orang pertama tersenyum, sebab ia tahu bahwa dirinya siap dan sudah melaksanakan tugas. Orang kedua, deg-degan, takut diperiksa. Orang ketiga, lebih deg-degan lagi. Demikianlah, sebab dua dari tiga orang ini, punya salah kepada Raja.

“Kalian telah mengisi karung yang aku berikan?” tanya Raja.

Mereka mengangguk.
Di luar dugaan, Raja ga meriksa karung tersebut, bahkan tidak membuka ikatannya dan tidak melihat dalamnya. Tidak yang pertama, tidak yang kedua, dan tidak dari orang yang ketiga. Melainkan Raja berkata kepada pengawal-pengawalnya... “Masukkan 3 orang ini ke penjara. Dan suruh masing-masing membawa karungnya masing-masing yang telah diisinya dengan isi masing-masing pula. Aku tidak akan memberi makan, dan kalian pun tidak diperkenankan membawa makanan. Tidak boleh juga ada di antara orang-orangnya kalian dan orang-orangnya aku yang memberi kalian makan. Untuk makan kalian selama di penjara, adalah apa yang kalian bawa di dalam karung kalian. Maka masuklah kalian, dan nikmatilah apa yang kalian siapkan untuk diri kalian sendiri.”

Orang pertama masuk penjara, dan memakan bekalnya. Buah-buahan terbaik yang ia petik. 
Orang kedua, harus memilih lagi yang mana bekal yang bisa dimakannya, dan yang mana bekal yang tidak bisa dimakannya. Bekalnya jelas lebih sedikit dibanding dengan bekal orang yang pertama.
Dan adapun orang yang ketiga, dia tidak menduga bahwa apa yang ia cari dan ia isi untuk karung yang dibawanya, adalah untuk kepentingan dirinya. Dikiranya untuk kepentingan Raja. Ia menyesali sejadi-jadinya. Tapi ia terlambat. Titah Raja jelas, ia juga dimasukkan ke penjara, dan hanya membawa bekal dengan apa yang dicari dan diisinya.

Bagaimana kisah diatas tadi? Kisah diatas tadi merupakan kisah yang saya peroleh ketike mengikuti kajian online dari ustad Yusuf Mansur di www.kuliah-online.com. Salah satu tugas yang  diberikan dari kisah diatas adalah memberikan hikmah yang saya peroleh. Berikut ini kutipan hikmah  yang saya coba tangkap dan sekiranya teman-teman semua bisa menambahkan hikmah agar kita bisa sama-sama belajar dalam mengungkap makna tersirat atau hikmah yang terkandung didalamnya.
Kematian Sesuatu Yang Pasti
Hikmah yang saya peroleh dari kisah tadi bahwa seperti itulah kehidupanku didunia. Sebaiknya saya bersikap seperti orang yang pertama yang menggunakan kesempatan yang diberikan oleh sang raja untuk mengumpulkan buah-buah karena masalah umur tak ada yang tahu sampai kapan kita berada diduniaNYA dan tak ada yang bakalan tahu bakalan kapan menghadapNYA. Oleh  karena itu, sebagai manusia saya sebaiknya menyiapkan semuanya. Buah-buah tadi ibarat amal saleh yang saya kumpulkan selama di dunia. Apabila saya senantiasa mengumpulkan amal saleh yang baik. Insya allah akan menjadi bekalku ketika kematian menjemput. Tak ada penyesalan, melainkan kesiapan mental seperti orang yang pertama yang begitu siap memasuki penjara tanpa harus khawatir dengan isi bekal nya yang berisi buah-buahan segar. Didalam penjara dirinya diliputi kebahagiaan karena ia mendapatkan apa yang telah dipersiapkan sehingga tak ada ketakutan yang dipikirkannya. Apabila saya kaitkan dengan kehidupan ketika saya senantiasa mengumpulkan amal saleh. Amal saleh itu bakalan menjadi teman yang senantiasa menemaniku ketika kematian menjemput dan tak hanya sebagai bekal diakhirat akan tetapisaya bisa mengambil manfaat dari amal saleh yang ditanam mulai dari kematian menyapa, tempat persinggahan (alam kubur) sampai hari akhir itu tiba yang berisi balasan apa yang telah saya persiapkan. Sejatinya amal saleh yang dikumpul setiap hari sebenarnya ada untuk diri pribadi sendiri akan tetap saya terkadang jarang menyadarinya. Sehingga ketika kematian menyapa yang ada hanya penyesalan dan balasan dari sang maha kuasa ALLAH SWT.

Orang kedua dalam kisah tersebut merupakan orang yang tidak terlalu mempersiapkan dirinya dengan baik terhadap amal salehnya. Seperti dikisahkan bahwa dia hanya menyiapkan buah-buahan yang sebagiannya segar dan sebagiannya lagi dalam keadaan busuk. Ketika di penjara maka dia mesti memilah-milah yang mana bisa untuk dimakannya selama dipenjara. Kehidupan pun sperti itu, ketika saya tidak mempersiapkan amal saleh dengan baik maka kita akan seperti orang kedua, yang dimana setelah kematian menyapanya, yang ada dalam dirinya penyesalan karena kenapa dia ga membawa amal saleh semuanya untuk bekalnya . kenapa ada amal bruk yang menemaninya di alam barzah dan di akhirat. Dirinya diliputi ketakutan, bagaimana seandainya jika bekal yang dibawanya untuk menghadap sang khalik ga bakalan cukup untuk membawanya ke surga. Padahal sejatinya apa yang  dibawa ke akhirat sebenarnya merupakan bekal diri sendiri.

Orang ketiga merupakan orang yang sangat merugi, dan saya berharap dan berdoa agar ALLAH saya pribadi ga tergolong seperti orang yang ketiga. Orang yang benar-benar ga mempersiapkan semuanya. Dan menganggap buah-buahan itu ga bakalan menolongnya sehingga melaksanakan perintah sang raja dengan semrawutan dan asal-asalan dalam mengisi. Hikmah dari orang ketiga bahwa dalam menjalani kehidupan jangan lah kita gunakan kehidupan  ini hanya untuk senang-senang tanpa mempersiapkan amal shaleh yang menjadi bekal.. Agar ketika kematian menjemput, tak ada penyesalan seperti orang  ketiga ini. Didalam penjara dirinya diliputi kelaparan karena bekal yang seharusnya diisi dengan buah-buahan malah diisi dengan batu. Begitupun dengan saya, apabila saya ga menyiapkan semuanya. Saya bakalan kelaparan atau mendapatkan siksaan mulai dari pencabutan nyawa samapi di alam barzah bahkan  sampai di alam akhirat. Penyesalan tak berujung yang tak akan mengembalikan keadaan ketika masih hidup karena kematian lebih dulu menjemput sehingga hanya bisa pasrah menunggu hari akhir yang merupakan hari pembalasan. Padahal sesungguhnya jika kita mengetahui bahwa bekal yang ALLAH SWT melalui perintah AL Quran dan  As Sunah  sebenarnya amal shaleh yang merupakan bekal kita dikehidupan selanjutnya.

No comments:

Post a Comment