Mahasuci Allah yang telah menyimpan “sedikit saja” rasa cinta dan kasih
sayang dalam dada manusia. Mengapa dikatakan sedikit? Ada baiknya jika
kita menyimak sabda Rasulullah SAW berikut ini.
“ Sesungguhnya Allah
membagi kasih sayang dalam seratus bagian dan menyimpan yang sembilan
puluh sembilan pada-Nya dan menurunkan yang satu bagian ke bumi. Karena
kasih sayang yang satu bagian itulah semua makhluk-Nya saling menyayangi
satu sama lain. Bahkan seekor kuda betina menjauhkan kakinya dari sang
anak yang baru dilahirkan karena ia khawatir akan menginjaknya”(Riwayat
Al Bukhari)
Bayangkan, hanya satu dari seratus bagian kasih sayang
yang Allah turunkan ke bumi, efeknya sudah demikian dahsyat. Sejak zaman
Nabi Adam AS hingga sekarang, bahkan hingga kiamat nanti, yang satu
bagian ini telah menjadikan hidup manusia penuh warna, sarat cerita dan
luar biasa. Benar kata sebuah ungkapan,”Cinta itu tidak membuat bumi
berputar. Namun cinta membuat perputaran tersebut jadi lebih bermakna”.
Tentunya ungkapan ini dilihat dari perspektif manusia. Sebab perputaran
bumi pun telah terjadi karena adanya cinta. Yaitu cinta dan kasih sayang
Allah SWT.
Secara biologis, cinta dan kasih sayang yang ada dalam
diri manusia dikendalikan oleh senyawa-senyawa kimia tertentu.
Senyawa-senyawa ini merupakan bagian dari system hormonal tubuh. Dengan
kata lain, cinta adalah “permainan” hormone-hormon atau senyawa kimia
tertentu. Inilah mekanisme canggih yang Allah SWT ciptakan untuk menjaga
kelangsungan hidup manusia.
Seperti apa prosesnya? Salah satu
contohnya, yaitu cinta kepada lawan jenis dilihat dari sistem kerja
tubuh manusia, jatuh cinta alias kasmaran bukanlah sebuah proses
sederhana. Ada banyak system canggih yang terlibat di dalamnya.
Sejatinya, bahwa dalam diri orang yang tengah kasmaran
mengalir-senyawa-senyawa kimia tertentu. Rangsangan yang datang dari
luar, entah itu bau tubuh sang kekasih (pasti feromon), tatapan mata,
untaian kata-kata, hingga postur yang terindra, akan merangsang otak
unutk memproduksi sejumlah senyawa kimia lalu menjalarkannya ke system
syaraf melalui peredaran darah. Tak heran jika orang yang tengah
kasmaran, secara fisik dan psikologis mengalami perubahan drastis, muka
memerah, salah tingkah, hilang konsentrasi, sulit berpikir logis,
jantung berdebar, nafas tak beraturan, terlena, keringatan, curi-curi
pandang, tersenyum malu, dan yang semisalnya.
Ketika panah asmara
telah menghujam di dada, otak akan segera bereaksi dengan memproduksi
senyawa peniletilamine (PEA), dopamine, dan norepineprin, lalu
menyebarkannya seluruh tubuh. Apa yang terjadi? Rasa bahagia pun
membuncah di dalam dada. Semuanya menjadi indah. Ketika seseorang
memandang kekasih hatinya, dopamine akan membuat bagian ventral
tegmental dan caudate nucleus di otak menyala. Dalam dosis tepat,
dopamine, menciptakan kekuatan, kegembiraan, perhatian yang terpusat,
serta dorongan yang kuat untk memberika imbalan. Ada yang berpendapat,
jatuh cinta mengaktifkan “pusat kenikmatan” di otak sehingga membuat
orang merasa senang. Dari ketiga senyawa tersebut, PEA-lah bertanggung
jawab dalam menimbukan gairah serta rangsangan seksual. Maka jangan
heran, orang yang sedang jatuh cinta biasanya terlihat sumringah,
hatinya berbunga-bunga, tiada yang terpikirkan selain si dia, enerjik,
bahkan kecenderungan melakukan aktifitas seksual. Tentu dengan catatan,
cintanya adalah cinta yang terbalas.
Jika tahap ini dapat
dipertahankan, maka muncullah tahap pengikatan, sebab trio cinta tadi:
PEA, dopamine, norepineprin, akan mengundang temannya yang bernama
endorphin. Kerja endofrin itu mirip morfin yang diberikan pada tubuh
manusia. Salah satu tugasnya adalah membangkitakn rasa aman, nyaman,
tenang, dan damai ketika dekat dengan si pujaan hatinya. Endorfin tidak
meluap-luap dan seekstrim PEA. Ia jauh lebih stabil namun lebih adiktif.
Kehadirannya menjadikan hubungan dua insan menjadi dekat, lengket, dan
bertahan lama. Karena itu tidak berlebihan jika ada yang mengatakan
bahwa cinta itu bagai candu. Memang benar. Cinta itu akan membuat
seseorang ketagihan itulah efek endorfin dan kawan-kawannya.
Itulah gambaran terkait mekanisme tubuh dalam merespon rasa cinta dan kasih sayang. Bagi kita, ini adalah ujian.
Sumber:
Majalah El-Fata edisi 09 volume 07 tahun 2007
No comments:
Post a Comment