Begitulah yang dikatakan seorang pedagang pada anaknya ketika sang anak
kembali dar perjalanannya (misi dagang). Ceritanya, si pedagang mengirim
anaknya untuk berdagang di luar daerah. Suatu hari, ketika anaknya
sedang bepergian, dari beranda rumahnya si pedagang memandang ke luar.
Dia melihat seorang tukang pikul air mencium anak perempuannya.
Si
ayah diam sampai anak laki-lakinya kembali dari perjalanan. Dia bertanya
kepada anaknya ketika anaknya pulang dari perjalanan. “Apa yang engkau
lakukan dalam misi dagangmu?”
“Saya menjual, membeli, dan melakukan begini-begitu, “jawab sang anak.
“Bukan itu yang kutanyakan. Apakah kamu melakukan hal lain?” Tanya ayahnya.
Pada mulanya si anak tidak mengaku, namun setelah didesak terus, ia pun
mengaku, “Aku tidak melakukan apa-apa, ayah, selain mencium seorang
gadis yang aku sukai di pasar.”
Ketika itulah, si ayah berkata,
“Satu Pukulan Dibalas Satu Pukulan. Jika kamu mencium wanita itu lebih
dari satu kali. Tentu tukang pikul air akan menambah ciumannya pada
saudara perempuanmu.
Ujaran ini persis seperti apa yang dikatakan Imam Syafi’i dalam sebuah syairnya:
Jagalah kehormatan diri, niscaya
Wanita-wanita mahram kalian terjaga
Jauhilah apa yang tidak pantas bagi seorang muslim
Zina adalah hutang. Jika kau meminjam
Maka pelunasannya ditanggung keluargamu
Maka sadarlah!
Dari penjelasan diatas bahwa zina merupakan hutang yang dimana
didalamnya termasuk ciuman dan pelunasannya adalah keluarga kita. Kalau
kita sebagai remaja pernah melakukan hal tersebut, bagaimana jika
peluanasannya terjadi pada ibumu, saudara perempuanmu, dan kaum hawa
dari keluarga ayah dan ibumu. Tentu kalian tidak menginginkan hal
tersebut terjadi. Oleh karena itu, marilah kita menghindari perbuatan
yang namanya zina. Agar kita tergolong orang-orang yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT.
Sumber:
Buku Pemuda Pewaris Surga
No comments:
Post a Comment