Monday, September 4, 2017

Mengintip Masjid Terapung Palu dan Jajanan Khasnya

Warga Kota Palu sangatlah tidak asing dengan namanya masjid terapung yang letaknya di jalan cumi-cumi yang posisinya terletak di bibir Pantai Talise. Masjid yang berdiri pada tahun 2011 ini merupakan salah satu ikon palu lho.. Masjid yang bernama Masjid Arkam Babu Rahman ini didirikan oleh salah seorang pengusaha sukses yang bergerak di bidang SPBU yakni Muhammad Hasan Bajamal (di depan masjidnya ada SPBU nya beliau). Berdasarkan referensi yang saya peroleh dibangunnya masjid ini untuk mengenang Syekh Abdullah Ragi atau Datu Karama.  Sedikit info guys, Datu Karama ini merupakan penyiar agama islam yang pertama di Bumi Tadulako atau Palu yang berasal dari Minangkabau. Selain itu, beliau membangun masjid ini ialah untuk menghilangkan kemaksiatan yang sering terjadi di wilayah ini. Memang sih dahulunya sepanjang pantai talise biasanya dijadikan tempat berduaan (pacaran) buat anak muda apalagi viewnya menghadap ke pantai (dunia serasa milik berdua) hehe.. :D
Masjid Terapung Palu
Masjid yang telah menjadi ikon kota Palu ini memiliki sebuah keistimewaan dibandingkan dengan masjid terapung lainnya. Kalau masjid terapung di Kota Makassar dikenal dengan menara yang tinggi serta kubah yang memiliki diameter 9 meter. Masjid terapung Palu ini mempunyai keindahan dimalam hari ketika kubahnya yang dapat memancarkan tujuh warna cahaya lampu yang terdiri dari warna merah, jingga, hijau, ungu, biru, pink, dan putih. Warnanya ini selalu berganti-ganti dalam hitungan detik. Selain itu, suara hempasan ombak dan angin yang berhembus membawa suasana adem bagi teman-teman yang ingin solat di masjid ini.

Masjid Terapung

Ketika matahari mulai kembali ke peraduannya merupakan saat yang tepat untuk menikmati masjid ini yang memiliki satu kubah besar dan empat kubah kecil yang mengelilingi tiap sudutnya. Saat sore hari inilah banyak warga Kota Palu bahkan pendatang dari luar kota Palu menikmati sore sambil menunggu waktu magrib dengan bercengkrama sama keluarga dan berselfi ria dengan latar belakang masjid terapung dengan keindahan Pantai Talise yang mengeluarkan suara nyanyian alam yang begitu enak didengar dan dirasakan.
        
Oh iya satu hal lagi yaitu kurang pas apabila menikmati masjid terapung tidak dilengkapi dengan makanan khas Kota Palu yakni dange atau biasa disebut juga jepa. Kok namanya beda? Namanya aja sih yang beda tapi makanannya sama. Orang Kaili biasa menyebutnya Dange sedangkan Orang Bugis menyebutnya jepa (Kalau saya ga salah sih..) 


Ina-ina Penjual Jepa
Dange/Jepa (Kuliner Tradisional Palu)
Jepa atau dange ini dijual oleh ina-ina didekat masjid terapung atau di beberapa titik di sepanjang bibir Pantai Talise. Oh iya bagi kalian yang belum tahu ina-ina menurut saya pribadi ya, ibu-ibu yang sudah memasuki kepala 4 yang menjajakan dagangannya (semoga Orang Palu bisa mengkoreksi kalau saya salah). Ina-ina ini menjual jepa atau dange yang terbuat dari sagu yang dibakar dan diisi dengan gula merah. Selain itu, isi dari jepa ini terkadang diganti dengan ikan rono atau bisa juga dicelupkan di kuah Palu Mara (Salah satu makanan khas Palu). Ahh,,, sangatlah indah ketika menikmati masjid terapung ditemani makanan khas Dange sambil menikmati rayuan music dari alam di bibir pantai. Jadi rindu pengen pulkam. -_-


Sumber:
https://travel.detik.com/domestic-destination/d-2539600/palu-punya-masjid-terapung-dengan-kubah-7-warna
http://ramadan.liputan6.com/read/2076006/kisah-keunikan-masjid-terapung-di-kota-palu

Gambar:
http://perisaikeimanan.blogspot.co.id/2015/04/masjid-terapung.html
https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/lezatnya-tabaro-dange-makanan-tradisional-khas-palu#lg=1&slide=7

No comments:

Post a Comment