Saturday, June 6, 2015

NURANI

Sebelum saya menjelaskan lebih jauh tentang nurani, ada salah satu kisah nyata yang ingin share kepada anda semua. Cerita yang saya kutip dari majalah tempo. berikut ini kisahnya,
Mahasiswa yang tak punya uang, Levi de Boeck, 23 tahun, mengaku dipeluk perampok bersenjata lantaran perampok itu merasa iba dengannya. Perampok tersebut mengasihani Levi lantaran dia lebih miskin ketimbang si perampok. "Maaf, kawan, kau lebih buruk daripada saya," kata perampok itu
Awalnya, Levi ditodong pistol oleh perampok. Perampok itu merampas telepon dan dompet Levi. Setelah itu, si perampok memaksa Levi ke ATM. Di depan ATM, sang perampok meminta Levi menarik uang 200 pound sterling atau sekitar Rp 4 juta. Namun ternyata uang di rekening Levi tidak mencukupi.
Levi kemudian disuruh mendatangi tiga ATM lain di Antwerp, Belgia. Di satu dari tiga ATM tersebut, si perampok mencoba langsung menggunakan kartu ATM Levi untuk mengambil uang yang ada di dalamnya. Tapi semua usaha itu ditolak karena uang di rekening Levi tidak cukup.
Karena gagal merampok Levi, perampok tersebut membeli rokok dengan kartu ATM Levi. Setelah terdiam sesaat, sang perampok menoleh ke Levi. Levi pun dipeluk. Perampok tersebut meminta maaf kepadanya.
Perampok itu bahkan mengembalikan telepon genggam dan dompet Levi sebelum melarikan diri. Polisi kini tengah memburu perampok tersebut. Polisi menduga pria itu pernah melakukan perampokan sebelumnya.

Setelah membaca kisah tadi, bagaimana menurut anda kawan?
Nurani
Si pencuri yang berbaik hati itu sadar dan akhirnya insaf... Apa yang menyebabkan pencuri yang awalanya memiliki niat untuk mengambil barang korbannya tapi kemudian setelah mengetahui korban yang akan dijarahnya merupakan orang  yang lebih miskin dari dirinya seketika itu mengembalikan hasil curiannya?
Jawbannya adalah adanya perangkat yang ada dalam diri manusia yang dinamakan nurani.. yap,, nurani.. Ketika sang pencuri mengecek atm dari korbannya ternyata tak ada satupu deposit simpanan dari korbannya, dan disaat itulah nuraninya mengabil alih atas dirinya  yang sebelumnya dipenuhi nafsu untuk mencuri sehingga menyadarkannya dirinya bahwa ada orang yang lebih miskin dari dirinya.
Nuranilah yang membuatnya sadar, tak peduli apakah dia orang yang beriman dengan agamanya, tak peduli dia berasal dari lingkungan baik-baik bahkan tak peduli berasal dari agamakah orang tersebut. Nuranilah yang membimbingnya untuk mengembalikan hasil rampokan dan dia menyadarinya bahwa korban yang dicurinya berada dalam taraf kemisikinan lebih dari dirinya.
Sadarkah kita, ketika kita hendak melakukan sebuah perbuatan dosa ataupun melakukan suatu perbuatan yang tercela, dalam diri kita akan ada sebuah teriakan yang mengatakan bahwa perbuatan tidak baik untuk dilakukan, entah dia menyadarinya atau tidak tentang siapa yang menanamkan benak di dalam dirinya itu perbuatan baik atau buruk,, pasti secara otomatis nurani dalam dirinya akan berteriak bahwa itu adalah salah dan membuat jiwa menjadi tidak tenang.
Nurani inilah yang senantiasa membimbing kita dalam menentukan kebenaran hakiki, dialah sang penasehat abadi yang melebihi sahabat atau orang tua, perangkat yang pertama kali menyeruakkan sebuah kebenaran.  Nurani yang bisa kita sebut sebaga detektor akan memberikan sinyal tentang ketidaktenangan jiwa saat hendak melakukan perbuatan buruk ataupun saat keburukan mendekat dalam diri kita. Nurani merupakan tempat untuk meminta fatwa karena dia tidak akan pernah mengantarkan kita pada kebohongan atau keburukan  , sebuah perangkat yang luar biasa yang diciptakan Allah SWT.
Mintallah fatwa pada hatimu. Kebaikan itu adalah apa-apa yang tenteram jiwa padanya, dan tenteram pula dalam  hati. Dan dosa itulah apa-apa yang syak dalam hati, dan ragu-ragu dalam hati, meski orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkanmu. (HR. MUSLIM)
Akan tetapi, nurani tak selamanya berfungsi dengan baik. Kenapa demikian? Karena nurani itu ibarat air yang kita letakkan didalam gelas dan kesalahan atau perbuatan buruk itu ibarat tinta. Apabila kita melakukan kesalahan yang kita asumsikan sebagai setetes tinta yang kita masukkan ke dalam nurani atau air secara terus menerus, lama-kelamaan air nya akan menjadi warna gelap  dan saat itu juga teriakan suara nurani semakin tersamarkan  karena kita sering melakukan kesalahan atau perbuatan tercela. Sehingga kita akan terbiasa melakukan kesalahan dan mengabaikan suara nurani karena suara nurani atau detektor nurani yang kita miliki tidak mampu lagi menyeruakkan panggilan kebaikan.
Pada contoh diatas, saya mengamsumsikan bahwa perampok tersebut masih memiliki kepekaan terhadap suara nurani untuk mengembalikan barang curiannya karena dia merasa bahwa dia lebih beruntung dalam hal ekonomi dibandingkan korban perampokannya. Kepekaan nuraninya menurut saya dikarenakan tinta hitam yang menyelimuti air (nurani) belumlah berwarna hitam secara kseseluruhan karena perampok itu masih mendengarkan suara nuraninya  sehinga dia mengembalikan barang hasil rampokannya kepada pemiliknya.. wallahu alam.. J
Sumber:
Tuhan Maaf Kami Sedang Sibuk (ahmad rifai rifan)

No comments:

Post a Comment